Kemarin malam seorang teman memberikan saya sebuah link lomba karya tulis mengenai pertanian. Seketika itu saya ingat dengan sistem irigasi yang sudah berusia sangat tua di daerah kampung saya. Ya, itu adalah Subak yang telah terkenal hingga mendunia.
Menjadi seseorang anak yang lahir dan dibesarkan di Bali tentu saya sangat sering sekali bertemu dan kadang bersinggungan dengan yang namanya Subak, terlebih lagi ayah saya merupakan seorang pegawai di Dinas Pertanian dan kakek sayapun adalah kelian Subak senior yang tak tergantikan hingga akhir hayatnya.
Di postingan pertama ini saya ingin membagi informasi mengenai Subak yang legendaris. Sulit sekali mengetahui persisnya kapan awal mula adanya subak, namun berdasarkan bukti faktual yang dimiliki pada sekitar tahun 1071 M di Bali telah dikenak kasuwakan (yang nantinya berkembang menjadi kasubakan) seperti yang tercantum dalam prasasti Pandak Badung ( Purwita, 1993 ). Besar kemungkinan subak sudah ada jauh sebelumnya, mengingat prasasti Sukawana AI tahun 882 M, sudah menyebutkan suatu sistem pertanian lahan basah yang disebut huma.
Subak berasal dari kata suwak yang berarti suatu pengaturan air persawahan yang baik. Subak dipimpin oleh seorang pekaseh atau kelian subak yang mengoordinasi pengelolaan air berdasarkan tata tertib
(awig-awig) yang disusun. Ada dua jenis subak yaitu Subak Uma / sawah untuk lahan basah dan Subak Abian untuk lahan kering / tegalan.
Sistem Subak menerapkan konsep
Tri Hita Karana (3 hal yang dapat menyebabkan kebahagian) yang terdiri dari
pawongan (hubungan harmonis antar manusia),
palemahan (hubungan harmonis dengan alam),
parahyangan (hubungan dengan Tuhan). Maka di setiap Subak pasti memiliki Pura Bedugul yang khusus dibuat untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Sri (Dewi kemakmuran). Para Krama Subak (anggota Subak) juga terjalin keharmonisan. Di saat irigasi sedang baik mereka menikmati kecukupan air secara bersama-sama, begitu juga sebaliknya.
Sebenarnya selama ini subak sudah meberi solusi atas banyak sekali permasalahan pertanian. Beberapa diantaranya, Subak mengatur secara ketat tanggal tanam untuk masing masing anggotanya, bila ada yang melanggar akan dikenai sanksi. Hal ini dilakukan sesuai jadwal dan perhitungaan guna mengatur akan jaminan ketersediaan air saat dibutuhkan. Sedangkan untuk masalah sedikitnya debit air, dalam subak ada istilah
nyilih yeh (meminjam air), yaitu saling meminjam air antar anggota subak atau dengan subak lain yang masih berada pada satu sistem irigasi.
Pelampias yaitu kebijakan memberi air lebih banyak pada sawah yang berada di hilir.
Melihat begitu efektif dan pentingnya sebuah kearifan lokal ini, tidakkah anda tertarik untuk menerapkannya atau mungkin mengembangkannya??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar